Sang Penghuni Pasar
Sang Penghuni Pasar
Menjajakan hasil panen di pasar, itu pekerjaan kami sehari-hari.
Tiap pagi-pagi buta, harus sudah berada di kantor yang beratapkan langit dan
berlantaikan tanah. Dan menjadi penjual
kelas bawah, bukanlah keinginan.
Tapi hidup memaksanya untuk memilih.
Keuntungan yang tak menjadikan kaya.
Hanya untuk sekedar menyambung hidup,
supaya tidak mati sia-sia.
Terkadang pembeli, masih bisa menawar dengan harga
rendah.
Padahal kami, hanyalah pedagang kelas bawah. Keuntungan tidak
menjadikan nasib kami berubah. Karena kami bekerja untuk perut rakus kami.
Penjualan kami tidak menjadikan kami konglomerat, kami tidak punya saham di
mana-mana.
Tidak seperti penjual di mall-mall yang ada di kota.
Mereka digaji.
Sedangkan
kami tidak. Laku tidak laku, mereka tetap bisa mendapatkan upah, sedangkan kami
tidak. Mereka mendapatlkan keuntungan yang besar sedangkan kami tidak.
Mereka
bekerja untuk kekayaan sedangkan kami bekerja untuk hidup.
Dagangan kami masih
bisa ditawar-tawar, sedangkan dagangan mereka tidak, meski dengan kualitas hampir sama. Kami penjual
miskin, jangan kau tawar lagi.
Apalah arti uang seribu perak bagi mereka. Tapi
bagi kami, itu adalah bagaika air satu teguk di padang pasir. Begitu berharga.
0 comments: