Palestine, ours?

00:27 Fatihurrahman 0 Comments

-palestine, Ours? -
They shooted a million of guns, a thousand of boms. Here and there. But, you are still. Surrender to God is the most powerful gun. They may have your homes, lands, and mosques. Demolished all, till turning in pieces. Yet, we found no regret in you. Your faith is the strongest. You have no idea to feel afraid of them. Coz, you have God in the deepest of ur heart. Let them have yours. But, your faith will Never be. Cos, they are   demons.
You 're us, your pain will never be yours. Coz, It's all ours. When someone asks you about "terrorist". Just pointing at them. Israel.

-Alfaateeh Tajudin, iShare

0 comments:

Palestine

20:52 Fatihurrahman 0 Comments

-Palestine-
They shooted millions of guns, thousands of boms. Here and there. But, you are still. Surrender to God is the most powerful gun. They may have your homes, lands, and mosques. Fire it all, till turn in pieces. Yet, we found no regret in you. Your faith is the strongest. You have no idea to feel afraid of them. Coz, you have God in the deepest of ur heart. Let them have yours. But, your faith will not be theirs. Never. Cos, they are a  demon.
Thee're us, your pain will never be yours. Coz, It's all ours.  Loving so much brothers.

0 comments:

No life without a happiness

18:24 Fatihurrahman 0 Comments


I've no life to live, but I'm alive.
I've had dreams to live a better life. Even
I've lost my precious. But I'm still alive.
Thue, thought me to love,
But, I've no left love to love. But I'm alive.
I've a heart. Yet, it's an empty. Billion dollars have been mine since years back. Yet, I found no happiness in me.

-Alfaateeh Tajudin, iShare

0 comments:

Bahaya laten korupsi, Salah siapa?

23:03 Fatihurrahman 0 Comments

-Bahaya Laten Korupsi, Salah Siapa?
Beberapa tahun belakangan ini, Kami sering mendengar kata "cintailah produk indonesia" . Dan ini adalah sebuah usaha para petinggi dalam kancah nasional untuk menasionalisasikan "made in Indonesia". Hal serupa Adalah langkah menuju nusantara mandiri. Anehnya Kami selalu disuruh berebut berlabel "SNI", Bapak berdasi justru terpikat martabak mancanegara.
Kami tidak berdasi seperti Tuan. Tapi, kami tahu cara berdedikasi. Kami tidak pintar mendemokan "cintailah produk indonesia ", sementara istana perwakilan sesak dengan meja dan kursi cap luar pertiwi, berujung korup. Harga melongo mata, Tuan dan Nyonya anggap itu kewajaran.

Belakangan juga tersiar kabar Permintaan tunjangan juta-Jutaan yang dianggap sangat masuk nalar. Kami atas nama yang diwakili menjerit dalam kebisuan, sementara perwakilan kami sibuk mengumpulkan Dolar dan Rupiah. Apalah daya, jika Sang perwakilan tidak benar-benar mewakili. Hanya sebuah nama tanpa arti dan makna. Panggilan tanpa  ruh dan nyawa.

"Katakan tidak untuk korupsi" Adalah juga virus yang disebarkan oleh tuan dan nyonya, bukan? Lalu, kalian di sumpah untuk tetap setia. Tetapi, rekan-rekan tuan semakin banyak yang serakah. Dan khidmat dalam khianat. Padahal Tuan dan nyonya loh yang membumikan "katakan tidak pada korupsi" di bumi berbhineka ini. Akankah tuan di singgasana menemui gilarannya nanti? Jangan tuan. Jangan  anggap gelar "Panjang Tangan" itu adalah piala bergilir yang patut direbut - rebut. Akhirnya berbondong-bondong keluar masuk Jeruji. Bui itu begitu menyiksa dan menakutkan, bukan? Namun, fakta lapangan bersilat lidah. Andai, si "Hukum" bermakna menghukum, maka proyek-proyek triliunan itu (no need to mention) pasti berjalur jujur. Jabatan-jabatan tidak pula diselewengkan.

Kami atas nama rakyat sudah geram menonton drama panjang "Koruptor vs. KPK, KPK vs. Polri". Apa kami harus penuhi jalan-jalan seperti kejadian 89, bukan untuk melengserkan "Sang Nomor Satu" sih, tetapi untuk aspirasi supaya hak kami dicipta? Supaya hukum terbangun dari tidur pulasnya. Meruncing ke atas dan berakhir menjerakan. Apakah perlu Study banding ke beberapa negara seperti Cina, Jepang, Malaysia dan  Amerika untuk menahan laju koruptor yang mengakar kuat? Tuan tak perlu menjawab. Kami tidak butuh wacana fiktif. Kami hanya butuh bukti bukan bermanis kata.

Tuan dan Nyonya yang telah hilang kehormatannya, telah lama bising telinga ini karena "ulah panjang tangan" sahabat Pejabat dan DPR menderet-deret. Tapi, Kami masih sisakan yakin sekian persen, sebab pasti masih ada orang-orang terhormat yang mewakili kami. Untuk yang masih terhormat, semoga imannya tidak tergoda dan terbeli kehormatannya hanya karena ketidakmampuan menahan keinginkayaan. Memperkaya diri dengan jalan tikus, itu adalah sebuah kemiskinan sesungguhnya. Kami rakyat nusantara tahu, Indonesia sedang dilanda krisis kepercayaan kepada Sang perwakilan . Sebab kami selalu dimanja dengan drama percintaan tuan dan nyonya dengan para penyuap. Lagi lagi kami masih percaya, disitu masih ada orang-orang terhormat yang memiliki dedikasi tinggi nan mulia. Segelintir anak manusia, yang mengungkap kebenaran dengan seadil-adilnya. Menggiring ke hakim dengan tuntas.

Semua orang setuju bahwa Pengadilan dihadirkan untuk mengadili. Lalu Apa yang akan terjadi Ketika pengadilan tidak mengadili? Menghukum tetapi tidak bermakna penghukuman. Bui tetapi tidak sepenuhnya membui. Adalah Koruptor berakar pinang. Antara DPR VS. KPK. Antara bos dan bawahan. Antara penguasa dan yang dikuasai. Dan inilah yang terjadi tersebab hukum memanjakan penjahat-penjahat berkelas bangku kuliah. Dan benarlah yang menjadi pernyataan Lord Acton bahwa "kekuasaan itu cenderung korup dan kekuasaan yang absolut pastilah korup". Adalah sebuah Fakta kekinian bahwa kami masyarakat awam politik dan hukum sedang dalam zona krisis keyakinan. Krisis kepercayaan pada hukum dan lembaga-lembaga yang menaunginya, serta sederet pejabat negara.

Mengutip pernyataan bapak Abdurrahman Wahid, atau lebih sohor dengan nama Gusdur bahwa Negara Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika ini tidak pernah hancur karena konflik horizontal yang diakibatkan oleh perbedaan agama, suku, ras ataupun fundamentalisme. Pancasila cukup kuat menahan gejolak konflik horizontal dan sejarah telah membuktikannya.
Namun, negara ini akan hancur ketika pemimpin bangsanya korupsi dan tidak memiliki hati dalam memimpin". Bisa Bermakna Pemimpin nomor satu di peritiwi, kemudia mengakar pinang ke provinsi, kota, lurah, kabupaten, kecamatan, juga desa. Bahwa sampai kepada pimpinan yudikatif, legislatif dan eksekutif. Jika semua lini ini totalitas dalam loyalitas, menjaga komitmen sumpah setia. Maka, tidak akan ada regenerasi koruptor seperti yang terjadi sekarang.

Pertanyaan yang cukup mendasar adalah Apakah Menguatnya kejahatan korupsi adalah bukti bahwa masih bebalnya pelaku dan bobolnya sistem?? Ini Salah Siapa, ini dosa siapa?

Samarinda, 21 Juli 2017
-Alfaateeh Tajudin, iShare

0 comments:

Surat kecil untuk Adek

19:21 Fatihurrahman 2 Comments

-Surat Kecil Untuk Adek - 


Dear adek,
Kau terlihat anggun, dengan menggunakan kain dikepala mu. Berdiri diantara kerumunan penumpang Tilongkabila itu. Sambil Melambaikan tangan tanda perpisahan, Kau lepaskan senyum tak ikhlas itu. Juga, air mata memberikan isyarat tidak ingin pergi. Aku tahu, adek tidak ingin jalan ini, karena bukan Kota Bunga. Cukuplah Malang itu menjadi cerita panjang tentang jelasnya kekeliruan ku yang belasan tahun samar, lalu aku berpaling darinya, karena-Nya. Dan kini, Makasar lah jalan hijrah mu, Dek. Kita mungkin punya jalan yang berbeda, namun dengan tujuan yang satu, yakni memperkaya diri dengan ilmu, melangkah lebih dekat kepada Illahi, juga Rasulullah.

Dek, tidak ada ilmu yang lebih hebat daripada ilmu tentang Tuhan dan Pembawa risalah. Termaktub dalam Alquran dan Alhadist. Kita sama-sama menjaga keduanya, Allâh Akan menjaga kita. Terlebih Ibu, Bapak kita. Dua pahlawan tanpa maprih, dua pecinta yang mengajarkan arti mencintai, yang dengan segala kebaikannya tak pantas berbalas  air tuba. Dari keduanyalah, terungkap tabir, bahwa lambang pecinta sejati itu, bukan datang dari cerita cinta romeo-juliet, bukan pula kisah cinta laila-majnun. Apalagi, narasi cinta dalam serial drama Kapal Vanderwick. Bukan. Bukan, Dek. Tetapi, itu datangnya dari mereka, yang kita panggil Ibu dan Bapak. Apa kau dan aku sebegitu tega, menghadiahi neraka untuk mereka, setelah syurga mereka berikan?? Maka dari itu, mari sama-sama memperbaiki diri dengan ilmu. Lalu, berikan Syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai.

Dek, Tidak ada yang lebih membahagiakan selain terpenuhinya jiwa dengan ilmu-ilmu Agama yang kita yakini, terisinya rumah dengan penghuni berilmu yang takwa. Seperti kata Imam Syafi'i, "jika kau lelah untuk belajar, maka kau harus menanggung perihnya kebodohan". Karena kefakiran ilmu itu begitu menyedihkan, membosankan, memiskinkan hati, dan Memperkokoh kebatilan. Dan, membinasakan yang haq. Sebab itu, kau (aku dan siapapun) harus terus belajar dek. Kau harus terus menimba ilmu meski bukan di kota Malang yang selalu ku rangkai dengan indah padamu.

Dek, Kamu harus tahu, bahwa perempuan adalah jantungnya sebuah keberlangsungan peradaban manusia yang berasaskan moralitas. Seorang filsuf meninggalkan pesan bahwa jika perempuan baik, maka baiklah negeri ini, jika perempuan rusak maka rusaklah sebuah negeri. Itulah kenapa, penting bagi setiap sanak untuk selalu peduli terhadap kualitas saudara-saudari sedarahnya. Kualitas pelbagai ilmu dunia, terlebih pemahaman akhiratnya. Aku tidak peduli, jika nanti kau akan terlihat kearab-araban setelah lebih seringnya majelis kau hadiri, dan itu akan jauh lebih membahagiakan daripada kau harus berkiblat kebarat-baratan.

Dek, Orang alim juga pernah berpetuah, "semua orang bisa merampas apapun yang kita miliki, tetapi tidak seorang pun mampu merenggut ilmu dan pengalaman yang seseorang punyai". So, Jadilah pribadi yang haus berilmu pengetahuan, berilmu agama mapan. Setelahnya, kau akan ketahui, indahnya beramal dengannya. Dalam salah satu tausiyah, pernah saya dengar bahwa, "Setan jauh lebih takut kepada orang yang berilmu kemudian diamalkannya daripada yang ahli ibadah tanpa disertai ilmunya". Jelas sekali, bukan?. Kau juga akan segera menyadari, betapa jahiliyahnya perilaku setelah duduk di pendopo ilmu dan bercengkrama dengan ahli ilmu yang khusyuk beribadah dengannya.

Dek, hijrah mungkin kata yang lebih tepat untuk bertandahnya kau dari satu posisi ke posisi yang lain. yang awalnya mungkin harus dipaksakan. Setelah gagal mengirim mu ke pondok "Alhusaini" (salah satu Pesantren di kota Bima, yang juga gagal saya menimba ilmu didalamnya) 3 tahun yang Lalu. Bukan, bukan ingin memenjarakan mu dengan ide-ide agamais seperti pemikiran intelek dalam tanda kutip (") itu.  Karena membebaskan mu dari belenggu rantai-rantai kefakiran ilmu syariat adalah kewajiban yang harus ku tunaikan. Ku katakan tidak jika untuk memberi kebebasan yang ujungnya kebablasan. Dan berakhir derita. Saya yakin, bahwa para Nabi diutus untuk membebaskan umatnya dari kelancangan berfikir dan kekeliruan bertauhid. Mereka lah yang saya panuti. Tidak Seperti perbincangan malam itu, di salah satu perjamaun diskusi. Setahun silam. Yang gencar-gencarnya membumikan "kebebasan" versinya, yang menurut pandangan orang yang fakir pengetahuan seperti ku, tidak mampu melampauinya.

Dek, kualitas mu adalah penentu kualitas generasi setelah mu. Generasi yang lahir dari keluarga mu sendiri. Ustad Khalid Basalamah, dalam salah satu ceramahnya menegaskan, bahwa Orang tua yang Sholat akan melahirkan anak-anak yang sholat. Orang tua yang taat, akan mengajarkan ketaatan pada anak-anaknya. Meskipun tidak ada yang bisa menjamin hal itu. Untuk itulah, ikhtiar kita (memperbaiki agama) sebagai pencetak kualitas emas Rasulullah, bertolak ukur sepenuhnya pada mu, pada kita. Karena orang tua, terutama ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya.

Dek, Alhamdulillah, setelah lama kau berpeluh air mata, disertai melelehnya ego dan meredupnya nafsu duniawi. Aku yakin, ini adalah bagian terpahit diantara ribuan keluh. Pilihan terberat dari  sekian keinginan. Dan, ini sesungguhnya adalah pilihan yang tidak kau inginkan sama sekali. Mungkin sulit dan teramat sakit. Tetapi, Yakinlah bahwa kita harus merasakan sulit atau sakit terdahulu, supaya kita bisa menghargai nikmatnya sehat atau kemudahan. Kenapa kita harus takut melewati lorong- lorong pahit dalam kehidupan kita, jika didalam kepahitan tersebut akan ada banyak kenikmatan yang menunggu setelahnya? So, Jangan pernah takut.

Dek, alhamdulillah, setelah Tuhan titahkan "Kun" atas niat baik setiap makhluk berakal. Aku atau siapapun dan apapun itu tidak pula mampu menembus ruang itu, tapi Allâh dengan keMahaKuasaanya, "Kun". Alhamdulillah, Puji ku panjat, sebab tertunainya niat. Yakni, menunaikan tanggungjawab sanak serahim. Tanggungjawab saudara untuk saudari.
Dan, Akhirnya, Tersampailah adik pada pendopo ilmu tentang Pencipta dan Pembawa risalah itu. Ma'had Itu. 
Dengannya, insya Allah, Allah dan Rasulullah akan lebih kau kenal dibanding apapun dibumi ini.
Denganya, semoga kita bisa menjadi salah satu ladang "Amal Zariyyah" bagi  IBU dan BAPAK. Aamiin..

Oh iya, Dek. Satu lagi,
Jadilah pribadi yang selalu membawa kemanfaatan untuk orang-orang disekitar mu. Yang selalu diingat karena kebaikan-kebaikan mu, yang selalu dirindu kata-kata mu, yang selalu ditunggu hadir mu ditengah-tengah mereka.
Jadilah sosok yang dengan lisan mu menjadi tentramlah setiap jiwa-jiwa pendengar mu.

Selamat berjuang di Kota Daeng, bersama pejuang-pejuang ilmu lainnya.

Terakhir, ku ucapkan kata maaf, karena telah memberi pilihan terpahit Sepanjang sejarah hidupmu, Dek. Tetapi, Insya Allah kelak kau akan rasakan madunya. Aamiin.


Somewhere, Minggu 09 Juli 2017

Your dearest Abang


-Alfaateeh Tajudin, iShare

2 comments: