kisah Ibu Yang Terabaikan
Hari
itu, tepat di sore hari yang diselimuti oleh awan hitam yang begitu pekat,
menyembunyikan pancaran megah sang Mentari sore, dengan tidak sengaja saya
dipertemukan dengan seorang Ibu yang
luar biasa baiknya, lewat perantara seorang pria yang bekerja di bagian KASUBAG
sebuah kampus megah yang berada di daerah jawa timur, tepatnya di Kota Malang. Saat
itu saya dan teman-teman saya sedang mencari Rumah kontrakan. Singkat cerita
kami pun bertemu dan ngobrol dengan ibu itu, yang memiliki rumah kontrakan
tersebut. Ibu itu memiliki 2 orang anak, dan keduanya sudah menikah, anaknya
yang laki-laki itu menikah dengan seorang perempuan yang umurnya terlampau jauh
dengannya. Perempuan itu datang dan bilang bahwa dia tidak punya rumah. Itulah
yang membuat ibu itu merasa iba. Miris sekali, ternyata wanita yang dinikahi
anaknya itu adalah seorang wanita biadab. Pada saat saat ibu menceritakan
tentang anaknya itu, terlihat pancaran sedih di garis wajah ibu, setelah
diteliti, ternyata anaknya itu tidak pernah datang dan menjenguk saya,kata ibu itu, sebut saaja nama ibu itu adalah Sri
(bukan nama sebenarnya). Setelah kejadian
sakral itu terucap lewat ijab dan kabul.
Duka
ibu Sri pun tak berujung disitu. Dia pun mulai berkisah lebih jauh lagi, pada
saat kami berkunjung ke rumah dia, ternyata ada seorang laki-laki tua, dengan
dibungkus kopiah hitam dikepalanya, 2 cincin yang menurut saya itu aneh, dan
dia juga menggunakan sarung layaknya seorang muslim sejati, tapi pada
kenyataanya dia adalah orang bisa menyihir orang lain. Kedatangan dia kerumah
ibu Sri adalah bukan karena tanpa
alasan. Yaaaa!!! Ibu Sri adalah alasannya, ternyata Bapak Itu, sebut saja
namanya Darore, dia dimintai bantuan oleh ibu supaya mengembalikan anaknya
kepelukannya ibu Sri. Lalu ibu sri pun kembali berkisah, diawali dengan sebuah
pertanyaan,”pak Darore, apakah anak saya diguna-guna sampai-sampai dia tidak
ingat sama saya dan tidak pernah menyambangi(bhs. Jawa: mengunjungi) saya? Lalu
bapak itu menawab dengan menggunakan bahasa jawa, yang saya tidak fahami dengan
jelas, beda seperti biasanya teman-teman saya ucapkan. Tapi sedikit yang saya
pribadi fahami adalah, ibu sri disuruh membuatkan kopi hitam untuk anak
laki-lakinya itu. Biar diminum dengan bacaaan mantra dari saya anak ibu pasti
akan ingat sama sampean, kata bapak Darore. Dalam hati saya menangis, Yaaa
Allah satu lagi Hambamu yang berhasil dijerumuskan oleh Sang penakluk, yaitu
Syaitan. Ingin saya berkata, ibu !! meminta bantuan kepada selain Allah itu
adalah syirik seperti yang terdapat dalam firman Allah, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik,
dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar. (Ayat 48 Surat An-Nisa’) Tapi saya tidak
berdaya. Inilah bukti kurangnya ilmu yang dimiliki.
Ditengah-tengah
ibu sri berkisah, salah satu diantara kami bertanya pada ibu Sri,”Bu, suami ibu
kemana? Kesedihan ibu Sri terlihat jelas, ketika mendengar pertanyaan itu. Lalu
bagian ini membuka lembaran demi lembaran kisahnya, serta suka duka seorang istri
sekaligus seorang ibu. Lalu ibu Sri menjawab dengan nada datar, “ suami saya
sudah meninggal 7 bulan lalu, Nak.” Teman saya pun tampak ingin tahu lebih jauh
lagi tentang ibu Sri, suami ibu meninggal kenapa bu? Ibu Sri kembali menjawab,
masih dengan nada datar dan sedih,” suami saya meninggal karena sakit nak. Kami
pun tidak mau bertanya lagi tentang suami ibu Sri karena kami tahu dibalik
pertanyaan kami itu, tentunya akan membuat Ibu Sri teringat akan masa-masa
indah bersama suaminya, memanjakan anak-anak mereka,. Dan kenangan-kenangan
indah lainya. Dan kami tidak mau ibu Sri larut terlalu dalam dengan hal itu.
Mereka,
anak-anak ibu Sri, membuat ibu Sri meminta bantuan kepada selain Allah, saya
mungkin menyebutnya Dukun. Tapi dukun kok berpenampilan layaknya sang Kiai. Penampilan
seperti itulah yang mungkin saja menjadi kedok seseorang dalam mencari nafkah. Seperti
halnya kisah yang terjadi di jaman para nabi (read: kisah dukun di jaman Para Nabi). Imam al-Khatthabi mengklasifikasikan praktik perdukunan yang ada pada
zaman Rasulullah menjadi empat bagian. Pertama, dukun yang berkolaborasi dengan
jin. Dalam praktiknya, dukun tersebut selalu mendapatkan pasokan berita dari
jin yang telah mencuri kabar dari langit, ada kerjasama dan keterikatan antara
keduanya. Kedua, dukun yang terkadang saja dibantu oleh jin. Jin datang untuk
mendikte dan menyetirnya. Ketiga, dukun yang bersandar kepada tebakan,
perkiraan dan sangkaan. Keempat, dukun yang praktiknya ber sandar pada
pengalaman dan kebiasaan semata. la mengaitkan masalah yang ada dengan masalah
serupa yang telah terjadi atau telah dialaminya. (Fathul Bari: 10/218).
Kamipun tidak bisa menerka-nerka apakah bapak Darore itu benar-benar meminta
bantuan kepada Allah atau pada Jin, atau hanya sekedar kedok belaka? Dengan penampilannya
yang demikian. Wallahu ‘alam.
Salah satu diantara kami pun bertanya, trus anak ibu yang
satunya lagi? Belum selesai pertanyaannya, ibu itu langsung memotong, “iya,
anak saya yang ke dua itu cewek, dia juga tidak pernah menjenguk saya,” kata
ibu Sri. Kami pun kembali bertanya, trus anak ibu tinggal dimana? Di dekat sini
nak (kurang lebih 4 kilometer dari rumah ibu), tanpa diminta ibu itu langsung
berkisah, kali ini dengan nada tak menentu kadang naik kadang turun, emosi Ibu
Sri pun tidak lagi seimbang ketika dia berkisah. Anak nya sejak dulu tinggal
dengan tantenya, suami tantenya itu adalah orang kaya, dia adalah seorang
pengajar di sebuah Universitas Negeri di kota Malang, dimana semua pelajar ingin
menimba ilmu. Mereka tinggal diperumahan mewah, yang mana sangat berbanding
terbalik dengan Sang Ibu, tinggal dirumah hanya beralaskan lantai yang hanya
diplaster kasar, dengan rumah yang sederhana, tanpa fentilasi, disitulah Ibu
Malang Itu tinggal. Lanjut cerita, Anehnya lagi si tantenya ini tidak pernah
mengajak anak ibu itu walau hanya sekedar menjenguk sang Ibu. Entah sudah
berapa tahun lamanya, sampai ibu Sri Lupa. Mungkin juga Ibu Sri sudah lupa
dengan rupa anaknya, yang dulu dia manjakan. Mungkin karena itulah dia meminta
bantuan kepada sang dukun berkulit kiai itu. Saya jadi terharu mendengar sang
Ibu berkisah. Kisah mu sungguh mengikis hati kami. Lalu engkau sejenak terdiam,
kembali memorimu terpanggil, ketika otaknya berdialog terkait apa yang dilakukan
oleh anaknya, “anak ku juga tidak datang, ketika bapaknya meninggal.” Ujarnya. Mata
Sang ibu mulai berkaca-kaca. Mengingat itu adalah hal menyakitkan baginya, tapi
apalah daya, ia hanya manusia biasa, hanya sabar yang bisa dia lakukan tapi
pada saat ini kesabaran Ibu Sri oleh Allah sedang diuji, imannya sedang goyah.
Dia lari dan terus berlari, sampai akhirnya dia hilang arah dan meminta bantuan
sang Dukun berkedok kiai, pak Darore. Dari kisah nyata diatas, semoga kita
dapat mengambil hikmah/pejarannya. Amin.
Malang, 03 Januari 2015
Oleh:
Fatihurrahman.
0 comments: