kisah Ibu Yang Terabaikan

03:40 Fatihurrahman 0 Comments


Hari itu, tepat di sore hari yang diselimuti oleh awan hitam yang begitu pekat, menyembunyikan pancaran megah sang Mentari sore, dengan tidak sengaja saya dipertemukan dengan  seorang Ibu yang luar biasa baiknya, lewat perantara seorang pria yang bekerja di bagian KASUBAG sebuah kampus megah yang berada di daerah jawa timur, tepatnya di Kota Malang. Saat itu saya dan teman-teman saya sedang mencari Rumah kontrakan. Singkat cerita kami pun bertemu dan ngobrol dengan ibu itu, yang memiliki rumah kontrakan tersebut. Ibu itu memiliki 2 orang anak, dan keduanya sudah menikah, anaknya yang laki-laki itu menikah dengan seorang perempuan yang umurnya terlampau jauh dengannya. Perempuan itu datang dan bilang bahwa dia tidak punya rumah. Itulah yang membuat ibu itu merasa iba. Miris sekali, ternyata wanita yang dinikahi anaknya itu adalah seorang wanita biadab. Pada saat saat ibu menceritakan tentang anaknya itu, terlihat pancaran sedih di garis wajah ibu, setelah diteliti, ternyata anaknya itu tidak pernah datang dan menjenguk saya,kata  ibu itu, sebut saaja nama ibu itu adalah Sri (bukan nama sebenarnya).  Setelah kejadian sakral itu terucap lewat ijab dan kabul.
Duka ibu Sri pun tak berujung disitu. Dia pun mulai berkisah lebih jauh lagi, pada saat kami berkunjung ke rumah dia, ternyata ada seorang laki-laki tua, dengan dibungkus kopiah hitam dikepalanya, 2 cincin yang menurut saya itu aneh, dan dia juga menggunakan sarung layaknya seorang muslim sejati, tapi pada kenyataanya dia adalah orang bisa menyihir orang lain. Kedatangan dia kerumah ibu Sri adalah  bukan karena tanpa alasan. Yaaaa!!! Ibu Sri adalah alasannya, ternyata Bapak Itu, sebut saja namanya Darore, dia dimintai bantuan oleh ibu supaya mengembalikan anaknya kepelukannya ibu Sri. Lalu ibu sri pun kembali berkisah, diawali dengan sebuah pertanyaan,”pak Darore, apakah anak saya diguna-guna sampai-sampai dia tidak ingat sama saya dan tidak pernah menyambangi(bhs. Jawa: mengunjungi) saya? Lalu bapak itu menawab dengan menggunakan bahasa jawa, yang saya tidak fahami dengan jelas, beda seperti biasanya teman-teman saya ucapkan. Tapi sedikit yang saya pribadi fahami adalah, ibu sri disuruh membuatkan kopi hitam untuk anak laki-lakinya itu. Biar diminum dengan bacaaan mantra dari saya anak ibu pasti akan ingat sama sampean, kata bapak Darore. Dalam hati saya menangis, Yaaa Allah satu lagi Hambamu yang berhasil dijerumuskan oleh Sang penakluk, yaitu Syaitan. Ingin saya berkata, ibu !! meminta bantuan kepada selain Allah itu adalah syirik seperti yang terdapat dalam firman Allah, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (Ayat 48 Surat An-Nisa’) Tapi saya tidak berdaya. Inilah bukti kurangnya ilmu yang dimiliki.
Ditengah-tengah ibu sri berkisah, salah satu diantara kami bertanya pada ibu Sri,”Bu, suami ibu kemana? Kesedihan ibu Sri terlihat jelas, ketika mendengar pertanyaan itu. Lalu bagian ini membuka lembaran demi lembaran kisahnya, serta suka duka seorang istri sekaligus seorang ibu. Lalu ibu Sri menjawab dengan nada datar, “ suami saya sudah meninggal 7 bulan lalu, Nak.” Teman saya pun tampak ingin tahu lebih jauh lagi tentang ibu Sri, suami ibu meninggal kenapa bu? Ibu Sri kembali menjawab, masih dengan nada datar dan sedih,” suami saya meninggal karena sakit nak. Kami pun tidak mau bertanya lagi tentang suami ibu Sri karena kami tahu dibalik pertanyaan kami itu, tentunya akan membuat Ibu Sri teringat akan masa-masa indah bersama suaminya, memanjakan anak-anak mereka,. Dan kenangan-kenangan indah lainya. Dan kami tidak mau ibu Sri larut terlalu dalam dengan hal itu.
Mereka, anak-anak ibu Sri, membuat ibu Sri meminta bantuan kepada selain Allah, saya mungkin menyebutnya Dukun. Tapi dukun kok berpenampilan layaknya sang Kiai. Penampilan seperti itulah yang mungkin saja menjadi kedok seseorang dalam mencari nafkah. Seperti halnya kisah yang terjadi di jaman para nabi (read: kisah dukun di jaman Para Nabi). Imam al-Khatthabi mengklasifikasikan praktik perdu­kunan yang ada pada zaman Rasulullah menjadi empat bagian. Pertama, dukun yang berkolaborasi dengan jin. Dalam praktiknya, dukun tersebut selalu mendapatkan pasokan berita dari jin yang telah mencuri kabar dari langit, ada kerjasama dan keterikatan antara keduanya. Kedua, dukun yang terkadang saja dibantu oleh jin. Jin datang untuk mendikte dan menyetirnya. Ketiga, dukun yang bersandar kepada tebakan, perkiraan dan sangkaan. Keempat, dukun yang praktiknya ber sandar pada pengalaman dan kebiasaan semata. la mengaitkan masalah yang ada dengan masalah serupa yang telah terjadi atau telah dialaminya. (Fathul Bari: 10/218). Kamipun tidak bisa menerka-nerka apakah bapak Darore itu benar-benar meminta bantuan kepada Allah atau pada Jin, atau hanya sekedar kedok belaka? Dengan penampilannya yang demikian. Wallahu ‘alam.
Salah satu diantara kami pun bertanya, trus anak ibu yang satunya lagi? Belum selesai pertanyaannya, ibu itu langsung memotong, “iya, anak saya yang ke dua itu cewek, dia juga tidak pernah menjenguk saya,” kata ibu Sri. Kami pun kembali bertanya, trus anak ibu tinggal dimana? Di dekat sini nak (kurang lebih 4 kilometer dari rumah ibu), tanpa diminta ibu itu langsung berkisah, kali ini dengan nada tak menentu kadang naik kadang turun, emosi Ibu Sri pun tidak lagi seimbang ketika dia berkisah. Anak nya sejak dulu tinggal dengan tantenya, suami tantenya itu adalah orang kaya, dia adalah seorang pengajar di sebuah Universitas Negeri di  kota Malang, dimana semua pelajar ingin menimba ilmu. Mereka tinggal diperumahan mewah, yang mana sangat berbanding terbalik dengan Sang Ibu, tinggal dirumah hanya beralaskan lantai yang hanya diplaster kasar, dengan rumah yang sederhana, tanpa fentilasi, disitulah Ibu Malang Itu tinggal. Lanjut cerita, Anehnya lagi si tantenya ini tidak pernah mengajak anak ibu itu walau hanya sekedar menjenguk sang Ibu. Entah sudah berapa tahun lamanya, sampai ibu Sri Lupa. Mungkin juga Ibu Sri sudah lupa dengan rupa anaknya, yang dulu dia manjakan. Mungkin karena itulah dia meminta bantuan kepada sang dukun berkulit kiai itu. Saya jadi terharu mendengar sang Ibu berkisah. Kisah mu sungguh mengikis hati kami. Lalu engkau sejenak terdiam, kembali memorimu terpanggil, ketika otaknya berdialog terkait apa yang dilakukan oleh anaknya, “anak ku juga tidak datang, ketika bapaknya meninggal.” Ujarnya. Mata Sang ibu mulai berkaca-kaca. Mengingat itu adalah hal menyakitkan baginya, tapi apalah daya, ia hanya manusia biasa, hanya sabar yang bisa dia lakukan tapi pada saat ini kesabaran Ibu Sri oleh Allah sedang diuji, imannya sedang goyah. Dia lari dan terus berlari, sampai akhirnya dia hilang arah dan meminta bantuan sang Dukun berkedok kiai, pak Darore. Dari kisah nyata diatas, semoga kita dapat mengambil hikmah/pejarannya. Amin.


Malang, 03 Januari 2015

                                                                                                Oleh: Fatihurrahman.






0 comments: