-Surat Kecil Untuk Adek -
Dear adek,
Kau terlihat anggun, dengan menggunakan kain dikepala mu. Berdiri diantara kerumunan penumpang Tilongkabila itu. Sambil Melambaikan tangan tanda perpisahan, Kau lepaskan senyum tak ikhlas itu. Juga, air mata memberikan isyarat tidak ingin pergi. Aku tahu, adek tidak ingin jalan ini, karena bukan Kota Bunga. Cukuplah Malang itu menjadi cerita panjang tentang jelasnya kekeliruan ku yang belasan tahun samar, lalu aku berpaling darinya, karena-Nya. Dan kini, Makasar lah jalan hijrah mu, Dek. Kita mungkin punya jalan yang berbeda, namun dengan tujuan yang satu, yakni memperkaya diri dengan ilmu, melangkah lebih dekat kepada Illahi, juga Rasulullah.
Dek, tidak ada ilmu yang lebih hebat daripada ilmu tentang Tuhan dan Pembawa risalah. Termaktub dalam Alquran dan Alhadist. Kita sama-sama menjaga keduanya, Allâh Akan menjaga kita. Terlebih Ibu, Bapak kita. Dua pahlawan tanpa maprih, dua pecinta yang mengajarkan arti mencintai, yang dengan segala kebaikannya tak pantas berbalas air tuba. Dari keduanyalah, terungkap tabir, bahwa lambang pecinta sejati itu, bukan datang dari cerita cinta romeo-juliet, bukan pula kisah cinta laila-majnun. Apalagi, narasi cinta dalam serial drama Kapal Vanderwick. Bukan. Bukan, Dek. Tetapi, itu datangnya dari mereka, yang kita panggil Ibu dan Bapak. Apa kau dan aku sebegitu tega, menghadiahi neraka untuk mereka, setelah syurga mereka berikan?? Maka dari itu, mari sama-sama memperbaiki diri dengan ilmu. Lalu, berikan Syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai.
Dek, Tidak ada yang lebih membahagiakan selain terpenuhinya jiwa dengan ilmu-ilmu Agama yang kita yakini, terisinya rumah dengan penghuni berilmu yang takwa. Seperti kata Imam Syafi'i, "jika kau lelah untuk belajar, maka kau harus menanggung perihnya kebodohan". Karena kefakiran ilmu itu begitu menyedihkan, membosankan, memiskinkan hati, dan Memperkokoh kebatilan. Dan, membinasakan yang haq. Sebab itu, kau (aku dan siapapun) harus terus belajar dek. Kau harus terus menimba ilmu meski bukan di kota Malang yang selalu ku rangkai dengan indah padamu.
Dek, Kamu harus tahu, bahwa perempuan adalah jantungnya sebuah keberlangsungan peradaban manusia yang berasaskan moralitas. Seorang filsuf meninggalkan pesan bahwa jika perempuan baik, maka baiklah negeri ini, jika perempuan rusak maka rusaklah sebuah negeri. Itulah kenapa, penting bagi setiap sanak untuk selalu peduli terhadap kualitas saudara-saudari sedarahnya. Kualitas pelbagai ilmu dunia, terlebih pemahaman akhiratnya. Aku tidak peduli, jika nanti kau akan terlihat kearab-araban setelah lebih seringnya majelis kau hadiri, dan itu akan jauh lebih membahagiakan daripada kau harus berkiblat kebarat-baratan.
Dek, Orang alim juga pernah berpetuah, "semua orang bisa merampas apapun yang kita miliki, tetapi tidak seorang pun mampu merenggut ilmu dan pengalaman yang seseorang punyai". So, Jadilah pribadi yang haus berilmu pengetahuan, berilmu agama mapan. Setelahnya, kau akan ketahui, indahnya beramal dengannya. Dalam salah satu tausiyah, pernah saya dengar bahwa, "Setan jauh lebih takut kepada orang yang berilmu kemudian diamalkannya daripada yang ahli ibadah tanpa disertai ilmunya". Jelas sekali, bukan?. Kau juga akan segera menyadari, betapa jahiliyahnya perilaku setelah duduk di pendopo ilmu dan bercengkrama dengan ahli ilmu yang khusyuk beribadah dengannya.
Dek, hijrah mungkin kata yang lebih tepat untuk bertandahnya kau dari satu posisi ke posisi yang lain. yang awalnya mungkin harus dipaksakan. Setelah gagal mengirim mu ke pondok "Alhusaini" (salah satu Pesantren di kota Bima, yang juga gagal saya menimba ilmu didalamnya) 3 tahun yang Lalu. Bukan, bukan ingin memenjarakan mu dengan ide-ide agamais seperti pemikiran intelek dalam tanda kutip (") itu. Karena membebaskan mu dari belenggu rantai-rantai kefakiran ilmu syariat adalah kewajiban yang harus ku tunaikan. Ku katakan tidak jika untuk memberi kebebasan yang ujungnya kebablasan. Dan berakhir derita. Saya yakin, bahwa para Nabi diutus untuk membebaskan umatnya dari kelancangan berfikir dan kekeliruan bertauhid. Mereka lah yang saya panuti. Tidak Seperti perbincangan malam itu, di salah satu perjamaun diskusi. Setahun silam. Yang gencar-gencarnya membumikan "kebebasan" versinya, yang menurut pandangan orang yang fakir pengetahuan seperti ku, tidak mampu melampauinya.
Dek, kualitas mu adalah penentu kualitas generasi setelah mu. Generasi yang lahir dari keluarga mu sendiri. Ustad Khalid Basalamah, dalam salah satu ceramahnya menegaskan, bahwa Orang tua yang Sholat akan melahirkan anak-anak yang sholat. Orang tua yang taat, akan mengajarkan ketaatan pada anak-anaknya. Meskipun tidak ada yang bisa menjamin hal itu. Untuk itulah, ikhtiar kita (memperbaiki agama) sebagai pencetak kualitas emas Rasulullah, bertolak ukur sepenuhnya pada mu, pada kita. Karena orang tua, terutama ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya.
Dek, Alhamdulillah, setelah lama kau berpeluh air mata, disertai melelehnya ego dan meredupnya nafsu duniawi. Aku yakin, ini adalah bagian terpahit diantara ribuan keluh. Pilihan terberat dari sekian keinginan. Dan, ini sesungguhnya adalah pilihan yang tidak kau inginkan sama sekali. Mungkin sulit dan teramat sakit. Tetapi, Yakinlah bahwa kita harus merasakan sulit atau sakit terdahulu, supaya kita bisa menghargai nikmatnya sehat atau kemudahan. Kenapa kita harus takut melewati lorong- lorong pahit dalam kehidupan kita, jika didalam kepahitan tersebut akan ada banyak kenikmatan yang menunggu setelahnya? So, Jangan pernah takut.
Dek, alhamdulillah, setelah Tuhan titahkan "Kun" atas niat baik setiap makhluk berakal. Aku atau siapapun dan apapun itu tidak pula mampu menembus ruang itu, tapi Allâh dengan keMahaKuasaanya, "Kun". Alhamdulillah, Puji ku panjat, sebab tertunainya niat. Yakni, menunaikan tanggungjawab sanak serahim. Tanggungjawab saudara untuk saudari.
Dan, Akhirnya, Tersampailah adik pada pendopo ilmu tentang Pencipta dan Pembawa risalah itu. Ma'had Itu.
Dengannya, insya Allah, Allah dan Rasulullah akan lebih kau kenal dibanding apapun dibumi ini.
Denganya, semoga kita bisa menjadi salah satu ladang "Amal Zariyyah" bagi IBU dan BAPAK. Aamiin..
Oh iya, Dek. Satu lagi,
Jadilah pribadi yang selalu membawa kemanfaatan untuk orang-orang disekitar mu. Yang selalu diingat karena kebaikan-kebaikan mu, yang selalu dirindu kata-kata mu, yang selalu ditunggu hadir mu ditengah-tengah mereka.
Jadilah sosok yang dengan lisan mu menjadi tentramlah setiap jiwa-jiwa pendengar mu.
Selamat berjuang di Kota Daeng, bersama pejuang-pejuang ilmu lainnya.
Terakhir, ku ucapkan kata maaf, karena telah memberi pilihan terpahit Sepanjang sejarah hidupmu, Dek. Tetapi, Insya Allah kelak kau akan rasakan madunya. Aamiin.
Somewhere, Minggu 09 Juli 2017
Your dearest Abang
-Alfaateeh Tajudin, iShare
-Antara Hari ini dan Esok
Kita tidak pernah tahu, kapan waktu kematian tiba. Bisa besok, lusa, minggu depan, bulan depan, mungkin juga tahun depan. Mungkin hari kita, tersisa hari ini sahaja. Besok mungkin kerabat dan sanak keluarga akan menangisi kepulangan kita, menestakan air mata duka. Yang seakan kita pergi terlalu cepat, meninggalkan mereka, selamanya.
Setelah kepergian kita, hanya ada dua hal yang tersisa. tentang perbuatan: Baik dan buruknya tindak tanduk serta perangai kita. Selebihnya tidak ada. Dan itu semua akan selalu menjadi buah bibir ditengah-tengah mereka. Sampai akhirnya terlupakan seiring bergantinya hari, minggu, bulan dan tahun. Hanya Sebatas itu pulalah kita dikenang lalu terabaikan. Jika mungkin, ini adalah jatah malam terakhir kita? Maka pasti kita tidak akan pernah bisa tidur semalam suntuk, menengadahkan tangan, bermunajat memohon ampunan dengan cucuran air mata tulus, jika bisa dosa kutebus dengan air mata darah, pasti akan kita penuhi. Karena kita tidak pernah tahu kapan waktu itu tiba. Maka kita juga jarang sekali, bahkan mungkin tidak pernah berdoa, memohon ampunan atas segala keangkuhan dan kesombongan karena tidak mau menerima kenyataan bahwa, "Allah tidaklah ciptakan jin manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada Ku (Allah) - adzariyat:56". Jelas ini adalah perintah. Lantas , kenapa hati kita ini sekeras batu? Bagaimana tidak, jika smartphone kita Lebih banyak terisi lagu-lagu daripada ceramah dan tausiyah (bukan mengkambing hitamkan smartphone).
Jika besok kita telah tiada, dan sinar rembulan, serta bintang gemintang malam ini adalah untuk kali terakhirnya , setelah sekian ribu malam kita lewati tanpa renungan akan kebesaran Pencipta. Sebab, mulai besok dan seterusnya, akan jadi malam panjang, gelap gulita yang mengerikan, kengerian yang tiada bandingan nya. Dan mulai hari besok kita dikandung bumi. Di perut bumilah kita terbaring kaku, seorang diri, digerogoti oleh Belatung dan ulat-ulat. Mengenaskan sekali nasib jasad yang kita eluk-elukan sepanjang hidup.
Dan ternyata, kita dapati bahwa besok kita masih segar bugar, menghirup udara yang sama, maka inilah kesempatan untuk memperbaiki semuanya, merubah semuanya menjadi kesholehan. Jika selama ini Qur'an sampe berdebu karna tidak pernah tersentuh. Maka, saat inilah waktunya. Karena nantinya Qur'an akan jadi penolong, dengan ijin Allah.
Jika selama ini sajadah tersimpan rapi dalam lemari, maka saatnya kita bersujud diatasnya.
Jika kemarin lebih banyak lagu-lagu di smartphone nya, maka saatnya diganti dengan tausiyah, ceramah, dan tilawah serta sholawat.
syukurilah, Nyatanya bintang dan rembulan malam ini bukanlah yang terakhir, maka mari kita jadikan sarana untk terus mengagungkan kamahabesaran Allah atas ciptaan-Nya.
*mari berbagi, karena berbagi itu indah.
*Salam jari telunjuk
-Alfaateeh