Tentang Rokok

Saya bukan penggemar rokok. Juga bukan pegiat kopi-kopi. Dan itu adalah baik (read: hidup tanpa rokok). Pabrik-pabrik rokok juga tidak akan bangkrut dan gulung tikar hanya karena saya tidak gila rokok. Saya juga tidak minat menjadi partisipan penyumbang pajak dengan memperbanyak sampah puntung rokok. Pun, saya tidak harus tak enak hati menolak ajakan dan uluran sebatang dua batang rokok ketika berkumpul bersama teman sejawat (sahabat) seperti alasan kebanyakan orang.

Maaf, ini hanya tentang tumpukan batang  rokok dan kepulan asapnya yang menyesak dada, bukan tentang kopi-kopian dikedai-kedai kopi klasik nan modern.
Kembali ke rokok....

Sehari yang lalu juga, ada anak Smp kelas 2 yang mempertanyakan kepada saya, kenapa orang-orang masih merokok sedangkan ada tulisan, "merokok membunuh mu", lalu, dia lanjutkan kalimatnya, "ngapain juga masih dijual, udah tahu itu dapat membunuh".

Teng.... Tong.....

Haha....

Singkatnya begini, bahwa kalo rokok tidak dijual lagi, maka perusahaan rokok otomatis akan tutup, Pekerja di PHK, petani tembakau kena imbas dan negara amblas. Sebab, kata aktivis itu, rokok pajak nya besar.
Itu saya jawab berdasarkan jawaban dari para aktivis kampus  acap kali saya dengan di wqrung-warung kopi. kopy-paste lebih tepatnya. Hehe.
Lalu, disamping saya ada seorang bapak yang duduk juga. Saya iseng nanya,

"apa bapak merokok? ".
"tidak, udah berhenti lama. Udah 10 tahun"
Bapak (mantan) perokok berat itu kemudian bercerita, "saya berhenti karna dulu sempat dada saya sakit luar biasa hebat nya dan bla... Bla...

Pendek kata, Sebagai pengganti rokok saya habiskan 3 pack permen relaxa, selalu dibawa kemana mana. Sampai akhirnya saya berhasil Terlepas dari rokok (semacam tips). Saya bukan perokok, tapi saya hampir  dikelilingi oleh mereka yang  aktif merokok, setiap saat. Apa komentar mereka tentang "hidup tanpa rokok", ada banyak ragam pra-kata mereka ucapkan: beruntung sekali dengan tidak merokok karena tak ada yang dipusingkan ketika kantong kering, mending jangan Coba-coba ingin menjadi perokok aktif, saya sekarang susah melepaskan diri dari rokok, padahal awalnya coba coba. Pokoknya, nguras Rupiah. Mayoritas perokok yang saya temui berkata, lebih baik tidak makan daripada tidak merokok (read: mahasiswa perokok, pekerja berpenghasilan pas-pasan). Kasihan sekali.

Kesalahan Mayoritas perokok awam (artinya: tak faham ilmu perrokkan) adalah sembarangan mengepulkan asap sana sini padahal di samping nya ada anak-anaknya. Kamu kira jantung anak-anak sehebat dan sekuat jantung mu a? Itu, pengalaman pribadi. Itu, aktivitas perokok di desa-desa dan kampung kampung. Mungkin ada penelitian baru, bantahan bahwa asap rokok bukan bahaya laten bagi kesehatan ibu hamil, balita dan anak anak?
Mayoritas perokok juga berkata, "andai laki-laki tidak merokok, maka dia bukan lelaki". Dan, pertanyaan saya untuk perokok yang budiman adalah sejak kapan sebatang rokok jadi penentu jenis kelamin seseorang?

Tidak ada satu orang pun yang berhak melarang Anda untuk merokok, tapi pesan saya Adalah jadilah perokok yang santun. Ibaratnya Anda adalah sebuah pabrik, sampah/ampas olahan pabrik jika dibuang sembarangan terjadi pencemaran lingkungan. Begitupun dengan anda, ampas asap rokok yang Anda keluarkan adalah limbah yang  merusak bukan perokok,bilita, ibu hamil dan anak-anak.


-Alfaateeh Bima

Antara Hari ini dan Esok

-Antara Hari ini dan Esok

Kita tidak pernah tahu, kapan waktu kematian tiba. Bisa besok, lusa, minggu depan, bulan depan, mungkin juga tahun depan. Mungkin hari kita, tersisa hari ini sahaja. Besok mungkin kerabat dan sanak keluarga akan menangisi kepulangan kita, menestakan air mata duka. Yang seakan kita pergi terlalu cepat, meninggalkan mereka, selamanya.

Setelah kepergian kita, hanya ada dua hal yang tersisa. tentang perbuatan: Baik dan buruknya tindak tanduk serta perangai kita. Selebihnya tidak ada. Dan itu semua akan selalu menjadi buah bibir ditengah-tengah mereka. Sampai akhirnya terlupakan seiring bergantinya hari, minggu, bulan dan tahun. Hanya Sebatas itu pulalah kita dikenang lalu terabaikan. Jika mungkin, ini adalah jatah malam terakhir kita? Maka pasti kita tidak akan pernah bisa tidur semalam suntuk, menengadahkan tangan, bermunajat memohon ampunan dengan cucuran air mata tulus, jika bisa dosa kutebus dengan air mata darah, pasti akan kita penuhi. Karena kita tidak pernah tahu kapan waktu itu tiba. Maka kita juga jarang sekali, bahkan mungkin tidak pernah berdoa, memohon ampunan atas segala keangkuhan dan kesombongan karena tidak mau menerima kenyataan bahwa, "Allah tidaklah ciptakan jin manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada Ku (Allah) - adzariyat:56". Jelas ini adalah perintah. Lantas , kenapa hati kita ini sekeras batu? Bagaimana tidak, jika smartphone kita Lebih banyak terisi lagu-lagu daripada ceramah dan tausiyah (bukan mengkambing hitamkan smartphone).

Jika besok kita telah tiada, dan sinar rembulan, serta bintang gemintang malam ini adalah untuk kali terakhirnya , setelah sekian ribu malam kita lewati tanpa renungan akan kebesaran Pencipta. Sebab, mulai besok dan seterusnya, akan jadi malam panjang, gelap gulita yang mengerikan, kengerian yang tiada bandingan nya. Dan mulai hari besok kita dikandung bumi. Di perut bumilah kita terbaring kaku, seorang diri, digerogoti oleh Belatung dan ulat-ulat. Mengenaskan sekali nasib jasad yang kita eluk-elukan sepanjang hidup.

Dan ternyata, kita dapati bahwa besok kita masih segar bugar, menghirup udara yang sama, maka inilah kesempatan untuk memperbaiki semuanya, merubah semuanya menjadi kesholehan. Jika selama ini Qur'an sampe berdebu karna tidak pernah tersentuh. Maka, saat inilah waktunya. Karena nantinya Qur'an akan jadi penolong, dengan ijin Allah.
Jika selama ini sajadah tersimpan rapi dalam lemari, maka saatnya kita bersujud diatasnya.

Jika kemarin lebih banyak lagu-lagu di smartphone nya, maka saatnya diganti dengan tausiyah, ceramah, dan tilawah serta sholawat.
syukurilah, Nyatanya bintang dan rembulan malam ini bukanlah yang terakhir, maka mari kita jadikan sarana untk terus mengagungkan kamahabesaran Allah atas ciptaan-Nya.

*mari berbagi, karena berbagi itu indah.
*Salam jari telunjuk

-Alfaateeh

Negeri Para Koruptor


Negeri Para Koruptor

Jeruji besi adalah sebuah tanda pebghukuman atas sebuah kejahatan, tidak ada kata perlakuan yang berbeda jika hukum sudah benar benar ditempa, tetapi apalah daya jika negeri diperbudak jabatan.. Jik para koruptor bermewah mewahan dibalik Jeruji besi, apalah arti sebuah penghukuman kata najwa sihab. jangan pernah berharap ada kata "JERA" jika kebijakan belum sepenuhnya "MENJERAKAN". Bagaimana bisa penjaranya koruptor sama seperti gubuknya masyarakat di dunia luar.

Dibalik Jeruji besi, para koruptor bisa berleha leha, tetapi diluar sana, ada banyak orang yang hidupnya susah karena kebiadaban mereka. Lantas, masihkah pantas mereka diberlakukan istimewa? Cobalah lihat perbedaan antara dua narapidana, yakni koruptor dan narapidana yang bukan koruptor. Narapidana koruptor, diberi atau tidak, dijinkan atau tidak, nyatanya segala macam fasilitas, ada leptop, hp, Android, tv, dan kemewahan lainya terpampang di jeruji mereka. Petinggi penjara mungkin akan berkata, "kami tidak tahu, kami kecolongan" ketika ada yang sedang menginterogasi.. Mungkin saja mereka bisa katakan itu sedemikian rapi dengan rupa yang tak rapuh. Sekarang mereka bisa saja mengamankan semua keistimewaan itu, tetapi setelah itu berlalu, semua keistimewaan itu pasti akan berbalik juga. Miris, disisi lain, narapidana yang bukan korupsi, bui mereka jauh dri kata layak, seakan keadilan hanya milik kaum berharta. Diluar mereka mungkin hidup tak layak, hunian mereka tak pantas, tetapi dibalik jeruji besi malah tambah melarat. Tetapi, inilah bentuk keadilan di bumi khatulistiwa. Adil yang hanya bisa dikecapi lewat puing-puing Rupiah.
Hukuman para koruptor, dinegri ini masih terlalu ringan, para pembuat UUD pun enggan untuk membuat hukum yang lebih ketat dari sekedar memenjarakan.. Toh, ketika dipenjara, mereka hidup dengan layak. Lalu, dimana makna penghukuman?

Tak ada yang membedakan para koruptor dengan pelaku pembunuhan, pelaku narkoba, pengedar dan laina laina. Karena mereka semua adalah sama sama penjahat. Lalu kenapa ketika mereka sama sama penjahat harus ada yang disittimewakann dan yang dianak tirikan? Dan yang harus di anak tirikan adalah para koruptor. Bukan malah mereka. Ketika seperti itu, hukum dinegri ini perlu dipertanyakan? Kepada siapa kita harus bertanya?otomatis kepada pembuat undang undang. Andai pembuat undang undang dan seluruh jajaran nya ini adalah mereka yang benar benar taat terhadap aturan, otomatis mereka akan membuat undang undang yang lebih rapat buat para koruptor, seperti ditembak mati atau digantung mungkin, bahkan dipenjarakan seumur hidup. Menurut kaca mata saya, para pembuat undang undang ini takut, seandainya mereka memperlakukan hukum seperti itu, bisa bisa hukum yang mereka buat memangsa tuanya sendiri.
Yankinlah, selama hukum dinegeri ini masih pas-pasan dan pas diongkos para koruptor, maka semua akan tergadaikan dan terbeli oleh mereka.. Karena merka itu bergelimang harta, sehingga hukum bisa tergadaikan. Bisa berkaca sendiri pada kasus-kasus yang sudah ada.

Andaikan hukum koruptor bisa menjerakan, tidak mungkin populasi korupsi di negeri ini meraja lela. Seharusnya lembaga pembuat undang undang segera melirik aturan yang telah gagal melumpuhkan korupsi yang sudah terstruktur sedemikian rapi,yang otomatis telah merugikan negara, lebih-lebih rakyat nya. Lalu, pantaskah bui mereka diistimeeakan? Mari menoleh sejenak, lebih merugikan mana satu orang membunuh dua orang, jika dibandingkan satu orang petinggi negara yang merogok Miliaran rupiah uang rakyat dari sabang sampai Merauke? Lebih besar mana dampak negatif yang ditimbulkan? Otomatis jawabnya adalah pencuri uang rakyat. Hukum dinegeri ini semakin dipertanyakan ketika dibanyak kasus, contohnya, ada nenek yang hanya mengambil tiga buah Kakao, mengambil kayu jati, dan lain lain, yang tentunya tidak asing ditelinga kita, dari mereka ada yang didenda beejuta juta, ada yang dipenjara bulan ke tahun. Kasus kasus seperti inilah yang membuat semakin besarnya krisis kepercayaan di negeri ini. Jika Hukum sudah menyentuh golongan berduit makan akan tumpul dan tak berdaya, sebaliknya jika sudah menemukan korban di kalangan bawah maka semakin runcing dan kalangan berduit akan berkicau bahwa INDONESIA adalah negara hukum. 

Jika boleh berkaca dibeberapa negara pemberlaku hukuman menjerakan bagi koruptor seperi, hukuman tembak mati bagi negara cinta, gantung di malaysia, penjara Minimal 5 thun plus denda 2 juta US dolar di Amerika bahkan jika korupsi berat dibuang dr negara nya, penjara seumur hidup di Belanda dan Jepang hukum MEMPERmalukan PELAKU. Dinegera negara tersebut sebelum adanya hukum tersebut populasi koruptor membabi buta, hukum yang menguntungkan pihak borjuis masih diberlakukan, tetapi tidak lantas mereka berjalan ditempat, negara negara ini memutuskan untk mencoba meberlakukan hukum gantung/mati, hukum yang senekad ini mereka buat tentu banyak manuai kendala, kritikan, dan cekaman dari berbagai pihak. Tentu yang mencekam itu adalah bukan orang orang biasa, mereka adalah orang orang yang berpotensi akan melakukan kejahatan korupsi. Setelah pemberlakuan hukum tersebut perkembang biarkan bibit koruptor menurun drastis. Meski tidak sampai PUNAH, karena berbicara pemberantasan korupsi tidak hanya membicarakan hukum dan sistem, tetapi juga berbicara peran serta masyarakat dan lingkungan.

Nah! Yang ingin saya pertnayakn adalah kenapa negeri ini belum mau belajar dari keberhasilan dari negara pemberlakku hukumam BERAT? Negeri ini malah asyik dan sibuk memberikan remisi atau pengurangan masa tahanan Jika sudah tiba hari raya (idul fitri). apa yang salah dengan aparatur negeri ini?
Saya meyakini bahwa, ketika coretan anak nusantara ini di buat, pasti akan banyak yang mengatakan, "pintar menkritisi tetapi miskin solusi dan tindakan".. Tetapi keyakinan saya adalah mengkritik adalah salah satu cara penyadaran mental. Lewat menkritisi kita bisa menemukan sesuatu yang tersembunyi. Lewat menkritisi kita bisa saling silang argumen. Dan melalui menkritisi kita bisa mengetahui tata ruang yang kurang dari sebuah pergerakan sehingga kelak akan menuai kata solusi yang soluktif.


‪#‎watch‬ it on YouTube: Mata najwa edisi 2 maret 2016 dan compare it to Mata najwa penjara bintang lima para koruptor.
(komentar dri dua tayangan mata najwa diatas.. salam anti korupsi, Fatihurrahman.)

Sepucuk Surat untuk yang sedang berselimut pilu


Sepucuk Surat untuk yang sedang berselimut pilu
                    YAKINILAH!

Pasti akan ada satu titik, di mana semua yang samar akan terjernihkan dengan sejernih jernihnya. Hanya butuh kesabaran yang lebih dari sekedar sabar, setiap sabar yang tertuai pasti akan terpetik juga rasa manis buah penyabaran diri, tak penting pula mendapat pembenaran dari sesama, lebih baik bersbar tanpa harus berebutan siapa yang berada di tangan kanan dan siapa yang berdiri di tangan kiri. yang penting adalah bagaimana menjaga sabar dan ikhlas yang diikat sekian lama agar tidak terlepas hanya karena hasutan nafsu, yang ingikan pembenaran diatas kesilafan.yang salah belum tentu salah, pun yang benar belum pasti benar. sekarang tujuan nya adalah menjaga ikhlas dan sabar bukan mengejar pengakuan pembenaran dari setiap pasang mata dan lisan manusia.

Jika kehadiran masalah bermakna sebuah pengujian, maka patuhilah aturan. aturanya tentu sabar, sholat, dan usaha. toh Tuhan tidak akan pernah memberi beban jika pundak hmbanya tak mampu menanggungnya. itu janji Tuhan. jika kita masih melihat banyak yang terkalahkan oleh masalah dan memilih untuk putus asa. jangan salahkan Rob, cobalah tengok sedikit iman dalam diri.
orientasikan semua hanya atas Allah, maka sesulit dan seberat apapun cobaan itu pasti juga akan berasa manis. jika masih banyak yang bernilai negatif itu adalah hukum alam, karena dunia memang terisi secara berpasang-pasangan. jangan pesimis meski ada jutaan unsur negatif, pastilah disitu ada ribuan unsur positif, karena hukum alam akan selalu berlaku, disitu ada kebaikan maka keburukan pula akan ikut tumbuh secara beriringan.

Ingat!!! hidup itu memang sudah terorganisir dan sudah tersinetrosasi sedemikian rupa, yang menjadi pembeda dengan cerita di sinetron-sinetron itu adalah jika dikehidupan nyata kita diberi kebebasan untuk memilih menjadi orang baik atau orang tidak baik, memilih menjadi pemeran antagonis atau protagonis, inilah drama hidup yaang dimainkan dengan bebas oleh pemerannya, lain halnya jika disinetron yang dipertontonkan di TV-TV, para aktor daan aktrisnya memang ditentukan dia jadi protagonis atau antagonis. Dia tak memiliki hak untuk memilih. karenaa haknya hanya sebatas DIPILIH.
Pelajarannya adalah, anggap saja yang sedang terjadi sekarang adalah puncak atau anti klimax dari drama kehidupan ini, terlepas nanti ceritanya berakhir bahagaia atau tidak itu bukan tujuan utama, selama ketiga aturan di atas sudah terpenuhi. maka tunggu saja.


untukmu yang sedang dirundu pekiknya sebuah drama kehidupan, sulitnya menelan pill pahit kehidupan, tetap kuat dan tabah

Salam hangat


your dearest son
Fd, malang 06 maret 2016

Dialog CINTA

Dialog CINTA
Oleh: Hitaf Tanu

Aku: Apa kabar cinta? Kau pembuat  kegalauan terbaik sepanjang masa. Sepanjang sejarah manusia. Masih kah kau bersemayam di kedalaman hatiku? Diriku bergumam dalam heningnya malam.
Cinta: Aku masih tetap di sini, bersemayam dalam ketenangan telaga hati mu.
Aku : Sampai kapan kau akan tetap berada di sana? Tetapi, kali ini dia terdiam.
          Kenapa kau terdiam? Ucapku lagi.
Cinta: Aku sedang menghitung masa di mana aku akan pergi dan berpindah ke lain hati”
            (Kali ini aku yang terdiam)
Cinta: Kenapa kau membisu?
Aku: Aku sedang merenungkan ucapan mu. Dan apakah aku akan siap bila suatu saat nanti   aku akan kehilangan mu.
Cinta: Bagaimana bisa aku terus berdiam diri dalam hati mu sedang kau tidak pernah punya berani untuk sekedar berkata jujur pada sang pencuri aku? Lebih baik aku pergi saja.
Aku: Tidak cinta, tidak. Tak  akan ku biarkan kau lari dari hati ku. karena dia itu adalah    penuntun surgaku, ibu yang akan melahirkan anak-anak emas penghias bumi ini
Cinta: Sudahlah, harapan mu tak akan pernah tercapai, karena yang namanya cinta butuh pengorbanan dan butuh ungkapan untuk mendapatnya. Sedang kau tak miliki semua itu. cobalah sedikit tengok kiri kanan mu, mereka yang bergandengan tangan, perpasang-pasangan ke sana ke mari. sedang kamu hanya bisa berharap dalam doa mu kalo dia akan jadi permaisuri di pelabuhan terakhir istana cinta mu. Bukankah doa tanpa usaha itu adalah hal yang sia-sia?
Aku: Biarlah aku berdoa dalam heningnya malam. Berikan aku sedikit waktu lagi dan pahamilah betapa aku takut kehilangan mu.
Cinta: lalu kenapa kau masih membisu? Aku tak akan bermakna jika tak terucapkan oleh si pencinta, yaitu KAU. Kau akan membunuh ku jika masih tetap membisu.
Aku: Tuturmu mengalihkan dunia ku. Menggelapkan pandangan ku. Meremukkan hati ku. Mengganggu ketenangan jiwa ku. Itu adalah diksi terpahit yang pernah terlontar dari mu. Tetapi seberapapun kuatnya cinta ku padanya. Seberapapun besarnya takutku kehilanganmu. Aku lebih takut jika Tuhan ku berpaling ke lain hati, gelap yang kau berikan tak akan bisa mengalahkan gelapnya tanpa hadirnya Tuhan.
Cinta: Naif ! Munafik ! Tuhan ciptakan ku untuk kau miliki. Aku adalah nikmat terindah.

Aku: Kau akan indah dengan “IZAB KABUL”.. jika engkau pergi, maka akan ada cinta yang lebih Allah ridhoi.

AKU adalah SAYA

AKU adalah SAYA
Oleh: Hitaf  Tanu, 25 Okt. 15

Sebenarnya aku udah ada niat utk merubah pribadi perlahan demi perlahan, sejengkal demi sejengkal, tetapi selalu  ada tiga alasan ini yang selalu menyelubungi ku
(1) belum siap;
(2) nanti nanti saja;
(3) sudah ada niatan tapi masih belum siap
Alasan itu bak syair yang membuming, yang selalu aku sebut dengan lirih ke sana­–ke mari, di sana–di sini dan kapanpu ketika aku ditanyai kapan berhijrah. Bahkan disetiap pergantian tahun kelahiran ku, kata-kata yang disusun sedemikian rapi, yang berupa harap dan ingin sebelum angin ku hembuskan tuk padamkan kobaran api kue ulang tahunku seperti "semoga diumur ku yang sekian dan sekian ini, bisa menjadi pribadi lebih baik dari tahun tahun sebelumnya”
Yah ! Beribu semoga menjadi harapan semu. Hal itu, selalu terucap dalam pergantian tahun lahir ku, sudah berjuta semoga yang terucap, namun hasilnya nihil. Hanya secuil yang terjamah.  Hanya kata semoga yang bisa mewakili harap ku, kata semoga yang hanya bisa disemogakan tanpa ada usaha ku untuk menggapai harap ku. Hanya ada satu alasan ku yaitu nanti, nanti dan nanti. Yang entah kata nanti itu akan bertepi pada pergi nya waktu dengan sia-sia, menua nya usia dimakan senja, tidak sempurnanya amal karena fisik sudah merenta. Dan selalu ada alasan untukku menuda meraih perubahan itu.

Ingin ku serta ucapku adalah INI, akan tetapi tindak ku adalah ITU. Seakan dua jalur yang tak akan pernah bisa dipersatukan. Dan sampailah pada batas maksimal di mana kebimbangan melanda, sampai ku temukan dua makhluk yang saling berbisik dan melawan satu sama lain. Siapakah mereka? Mereka adalah aku dan saya, yang selalu menyemukan ingin.
Aku sampai pada titik ini:  “Aku tidak tahu lagi kenapa saya dan aku dipersatukn dalam satu. Diciptakan dalam satu kesatuan. Aku dan saya selalu membisikan dua jalan yang tidak bersekawan. Yang terkadang, saya melakukan sesuatu yang tidak aku kehendaki. Aku dan saya bagai dua unsur yang melebur dalam senyawa. Mungkin aku tidak akan pernah ada tanpa adanya saya. Mungkin juga sya tidak akan pernah ada tanpa aku. Saya juga tidak akan pernah tahu saya yang sesungguhnya tanpa hadirnya aku. Aku tahu salah karena ada saya. Dan aku jga tahu benar karena hadirnya aku. Aku berada dalam keberadaan aku. Aku dan sya, dua makhluk yang dengan sengaja diciptakan bukan tanpa maksud, mungkin aku hanya bisa mensemogakan tetapi pendorong untuk melakukan keinginan itu adalah saya. Karena aku tanpa saya bagai raga tak bernyawa, bagai hidup tapi tak mampu untuk bertindak. Inilah aku dan saya yang tercipta sebagai akal dan nafsu, sebagai hati dan pikiran. Yang selalu melahirkan kata nanti, nanti dan nanti sampai waktu berada diujung penantian panjangnya.

Sebelum mengakhiri tulisan ini, hanya ada satu solusi untuk mencapai sebuah harap, dengan mensejalankan akal­–nafsu, hati–fikiran, dua unsur ini sangat penting untuk dipersatukan sehingga bisa menjadi insa yang lebih baik. Solusi terbaik adalah Allah.




Tetesan bening Pun Enggan Merintik Lagi



Tetesan bening Pun Enggan Merintik Lagi
Oleh: Hitaf Tanu, 4 nov 15





Suara rintik mu begitu dirindui. Selalu memberikan rindu yang merekatkan sebuah persuaan. 

kala  dirimu berpaling bermusim-musim, rintik mu tak lagi hadir menemani bait-bait lara dalam kolbu
kau menjadi tetesan-tetesan bening penyejuk hati dan raga, kala dahaga mendera
kini kau telah lama pergi seperti tak tahu arah pulang.

Kami risau, galau dan bimbang. Hari-hari kami terlalu panas, tanpa hadirmu. Satu hal yang bisa kami lakukan, memanggilmu dengan sujud Istisqo.

Sujud istisqo kami, adalah syair tanda cinta kami pada Sang Ilahi Robbi.
Ajaran sang Panji Islam. 

Kala kau pergi seperti makhluk yang sedang marah, tak pernah menoleh. Tapi kau kerap hadir lewat bayang-bayang awan hitam. Tapi kau tak kunjung merintikkan tetesan bening itu. 

Kami butuh dikau, seperti kumbang butuh sari pati kembang di padang ilalang.
Kenapa engkau kini enggan meneteskan beningnya butiran itu?

Setelah bertahun-tahun tetesan mu tak terbendung di belahan bumi khatulistiwa.
Kini, tetesan bening itu pun enggan merintik lagi.